sumber : http://www.scoopweb.com/The_Simpsons_(season_20) |
Dari kecil, ane anak yang dimanja dan selalu dapat perlakuan
yang ‘lebih’ dibanding kakak ane. Ane yang cuman 2 bersaudara akhirnya sering rubut
dan marah-marahan. Tetapi, karena ane anak yang lebih kecil, jadi lebih banyak
dibela, hehe. Dari dulu sampai sekarang,
ane memang paling gak bisa jauh dari ibu.
Tetapi, seiring ane makin besar, mulai puber, ane mulai
ngelakuin ‘pemberontakan kecil-kecilan’ sama ibu ane. Hampir tiap malem ane
dipanggil ke kamar ibu karena ada saja masalah yang ane buat, dari mulai males
mandi sore sampai belum nyuci piring. Memang pada saat itu ibu ane lagi
sibuk-sibuknya, dan ane juga malah gak peduli sama keadaan ibu, hingga hubungan
ibu-anak ini sempat meregang. Puncaknya adalah ane memilih pesantren sebagai
‘pelarian’ ane.
Pada awalnya ibu dan ayah rada keberatan, menilik dari
keluarga besar ane belum ada yang sekolah di pesantren. Namun dengan seiringnya
waktu akhirnya kedua orang tua ane menyetujui. Dimulailah hunting pesantren tersebut. Dengan sabarnya orang tua ane mengajak
melihat-lihat dari satu pesantren ke pesantren lain, sampai akhirnya ane
menemui calon sekolah ane, SMPI Nurul Fikri Boarding School Lembang.
Awal-awal masuk, ane lalui dengan gembira. Ketika
kawan-kawan ane bersedih ria, ane sudah tertawa-tawa keliling kompleks
pesantren yang memang masih dalam tahap pembangunan. Merayakan kebebasan,
mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati ane pada
saat itu. Samapi semua keceriaan itu pecah ketika ane mendapat kunjungan
pertama dari ibu dan ayah ane. Setelah beliau-beliau pergi, ane mulai merasakan
kehilangan akan keberadaan kedua orang tua. Ane nangis seharian diatas ranjang.
T_T
Sejak kejadian itu ane mulai sedikit demi sedikit tersadar,
bahwa mungkin tak selamanya ane memiliki kedua orang tua ane. Semua dari kita
sudah terikat kontrak dengan yang namanya kematian, dan tidak ada yang menjamin
penundaan hal tersebut. Mungkin sehari, dua hari, atau bahkan setelah membaca
post ini kita ‘dipaksa’ menghadapinya. Ane jadi lebih sering berpikir dan mencoba menghargai tiap-tiap
waktu yang ane lalui bersama kedua orang tua ane. Sampai sekarang pun, setelah ane naik kelas
dan pindah sekolah ke serpong, ane selalu mempunyai kebiasaan khusus, yaitu
menunggui punggung ibu dan ayah ane di balik gerbang, memandang punggung
keduanya hingga tak terlihat di kelokan jalan setelah kunjungan berakhir. Hal
itu ane lakukan semata-mata karena tak ingin menyesal di kemudian hari, jika
pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir ane dengan beliau-beliau.
Kawan, sering kita merasa perlakuan orang tua tidak adil
terhadap kita. Merasa tak dihargai sebagai anak, atau merasa tak dipedulikan
mungkin pernah kita alami. Bahkan dulu ane sempat berpikir bahwa memiliki orang
tua adalah sebuah kutukan, dimana kita punya hutang budi yang tak bisa kita
bayar. Namun kawan, hutang budi yang tak terbayar itulah bukti cinta kasih
orang tua pada kita.
Seiring umur bertambah, kita mulai mengenal dunia. Main bersama
teman sampai malam, hingga pulang dimarahi. Atau melakukan
kekonyolan-kekonyolan lain yang membuat cemas hati orang tua kita. Kita anggap
itu sebagai pelampiasan anak muda, atau sebuah pencarian jati diri dengan
mencoba hal-hal yang sudah jelas menimbulkan kecemasan dihati orang tua kita.
Namun ingat kawan, semakin kita besar, makin
sedikit waktu yang kita miliki, termasuk waktu untuk bersama kedua orang
tua kita.
Ridhallahi ridha walidain wa sukhtullahi sukhtu walidain. Dan banyak lagi ayat-ayat dan hadist yang menjabarkan hal tersebut. Ketika kita merasa berat menjalankan perintah kedua orang tua kita, ingatlah satu hal, bahwa mungkin permintaan itu adalah permintaan terakhir yang bisa kita laksanakan untuk beliau-beliau. Kita semua tidak ingin bukan menangis penuh penyesalan di kemudian hari karena ego kecil kita terhadap orang tua? Maka selagi sempat, minta maaflah kepada kedua orang tua kita, selagi sempat, selagi ada waktu. Laksanakanlah hal-hal yang beliau minta, hingga kelak kita akan merasakan kembali sebuah keluarga yang hangat penuh keharmonisan, di dunia maupun di akhirat.