Selasa, 12 Agustus 2014

Orang tua : Anugerah Terindah




sumber : http://www.scoopweb.com/The_Simpsons_(season_20)
Masih di rumah sakit, sendirian menunggu orang tua balik dari mengunjung salah satu teman ayah. Sempet didatengi salah seorang karyawan rumah sakit, disuruh tandatangani ini-itu. Karena gak ngerti akhirnya nunggu ibu datang saja, hahaha. Sebagai seorang anak, memang ane belum bisa berbakti kepada orang tua. Dan sebenarnya masalah orang tua ini punya kisah tersendiri dalam hidup ane, dalam hidup kita semua.

Dari kecil, ane anak yang dimanja dan selalu dapat perlakuan yang ‘lebih’ dibanding kakak ane. Ane yang cuman 2 bersaudara akhirnya sering rubut dan marah-marahan. Tetapi, karena ane anak yang lebih kecil, jadi lebih banyak dibela, hehe.  Dari dulu sampai sekarang, ane memang paling gak bisa jauh dari ibu.
Tetapi, seiring ane makin besar, mulai puber, ane mulai ngelakuin ‘pemberontakan kecil-kecilan’ sama ibu ane. Hampir tiap malem ane dipanggil ke kamar ibu karena ada saja masalah yang ane buat, dari mulai males mandi sore sampai belum nyuci piring. Memang pada saat itu ibu ane lagi sibuk-sibuknya, dan ane juga malah gak peduli sama keadaan ibu, hingga hubungan ibu-anak ini sempat meregang. Puncaknya adalah ane memilih pesantren sebagai ‘pelarian’ ane.

Pada awalnya ibu dan ayah rada keberatan, menilik dari keluarga besar ane belum ada yang sekolah di pesantren. Namun dengan seiringnya waktu akhirnya kedua orang tua ane menyetujui. Dimulailah hunting pesantren tersebut. Dengan sabarnya orang tua ane mengajak melihat-lihat dari satu pesantren ke pesantren lain, sampai akhirnya ane menemui  calon sekolah ane, SMPI Nurul Fikri Boarding School Lembang.

Awal-awal masuk, ane lalui dengan gembira. Ketika kawan-kawan ane bersedih ria, ane sudah tertawa-tawa keliling kompleks pesantren yang memang masih dalam tahap pembangunan. Merayakan kebebasan, mungkin itu kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati ane pada saat itu. Samapi semua keceriaan itu pecah ketika ane mendapat kunjungan pertama dari ibu dan ayah ane. Setelah beliau-beliau pergi, ane mulai merasakan kehilangan akan keberadaan kedua orang tua. Ane nangis seharian diatas ranjang. T_T

Sejak kejadian itu ane mulai sedikit demi sedikit tersadar, bahwa mungkin tak selamanya ane memiliki kedua orang tua ane. Semua dari kita sudah terikat kontrak dengan yang namanya kematian, dan tidak ada yang menjamin penundaan hal tersebut. Mungkin sehari, dua hari, atau bahkan setelah membaca post ini kita ‘dipaksa’ menghadapinya. Ane jadi lebih sering  berpikir dan mencoba menghargai tiap-tiap waktu yang ane lalui bersama kedua orang tua ane.  Sampai sekarang pun, setelah ane naik kelas dan pindah sekolah ke serpong, ane selalu mempunyai kebiasaan khusus, yaitu menunggui punggung ibu dan ayah ane di balik gerbang, memandang punggung keduanya hingga tak terlihat di kelokan jalan setelah kunjungan berakhir. Hal itu ane lakukan semata-mata karena tak ingin menyesal di kemudian hari, jika pertemuan itu menjadi pertemuan terakhir ane dengan beliau-beliau.

Kawan, sering kita merasa perlakuan orang tua tidak adil terhadap kita. Merasa tak dihargai sebagai anak, atau merasa tak dipedulikan mungkin pernah kita alami. Bahkan dulu ane sempat berpikir bahwa memiliki orang tua adalah sebuah kutukan, dimana kita punya hutang budi yang tak bisa kita bayar. Namun kawan, hutang budi yang tak terbayar itulah bukti cinta kasih orang tua pada kita.

Seiring umur bertambah, kita mulai mengenal dunia. Main bersama teman sampai malam, hingga pulang dimarahi. Atau melakukan kekonyolan-kekonyolan lain yang membuat cemas hati orang tua kita. Kita anggap itu sebagai pelampiasan anak muda, atau sebuah pencarian jati diri dengan mencoba hal-hal yang sudah jelas menimbulkan kecemasan dihati orang tua kita. Namun ingat kawan, semakin kita besar, makin sedikit waktu yang kita miliki, termasuk waktu untuk bersama kedua orang tua kita.

Ridhallahi ridha walidain wa sukhtullahi sukhtu walidain. Dan banyak lagi ayat-ayat dan hadist yang menjabarkan hal tersebut. Ketika kita merasa berat menjalankan perintah kedua orang tua kita, ingatlah satu hal, bahwa mungkin permintaan itu adalah permintaan terakhir yang bisa kita laksanakan untuk beliau-beliau. Kita semua tidak ingin bukan menangis penuh penyesalan di kemudian hari karena ego kecil kita terhadap orang tua? Maka selagi sempat, minta maaflah kepada kedua orang tua kita, selagi sempat, selagi ada waktu. Laksanakanlah hal-hal yang beliau minta, hingga kelak kita akan merasakan kembali sebuah keluarga yang hangat penuh keharmonisan, di dunia maupun di akhirat.