Sudah
kerap kita dengar tetang buruknya generasi muda saat ini. Mulai dari degredasi
moral sampai pada taraf gaya hidup yang hedonis banyak dijadikan bahan tugasi
tulis-menulis oleh para siswa. Padahalnya banyak sekali kelebihan-kelebihan
dari generasi muda saat ini. Seperti dalam bidang olipiade, Indonesia masih
sering medapatkan medali-medali dan penghargaan. Sebutlah IGEO, dimana salah
seorang siswi MAN Insan Cendekia madapatkan medali perunggu atas nama Uyun
Charisa Azisa. Atau lomba-lomba bertaraf internasional lainnya, dimana
Indonesia masih dapat mengirimkan wakilnya. Masih banyak lagi
kelebihan-kelebihan generasi muda yang tidak terekspos, atau bahkan terekspos
namun kurang mendapat perhatian. Salah satunya adalah kreativitas para anak
muda, terlebih dalam membuat kalimat-kalimat yang menggugah, seperti sebagai berikut
“Truk aja punya gandengan, masa
lu kagak.”
Atau yang lebih ilmiah sedikit
“Xylem aja pasangan-pasangan sama floem, masa lu kagak
punya pasangan.”
Memang sudah
menjadi fenomena yang ‘dibiasakan’ dimana pacaran menjadi salah satu tolak ukur
dalam kehidupan sosial pada umumnya. Banyak sekali alasan yang disampaikan, argumen
yang diberikan. Namun jika kita lihat lebih dekat apakah pacaran itu baik?
Dalam Islam, kita mengenal adanya
batasan-batasan antar lawan jenis. Seperti ghadul bashar. Allah SWT telah berfirman pada surat An-Nur
ayat 30 :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ
أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ
Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.”
Apakah hanya
laki-laki saja yang harus menjaga pandangan? Pada surat Ash-Shafat ayat 48 Allah
pun turut berfirman :
وَعِنْدَهُمْ
قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ عِينٌ
Artinya : “Di
sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita
matanya.”
Disini kita dapat membuat
kesimpulan, jika ingin menjadi laki-laki yang baik atau perempuan-perempuan
bertaraf bidadari surga dengan standar Al-Qur’an, sudah saatnya mulai kita
menjaga pandangan. Mengapa pandangan yang penting? Karena sesuai kata-kata yang
sudah populer ‘Darimata turun ke hati’. Dari hati nantisaling jatuh hati. Kalau
udah jatuh hati nanti malah main hati. Waduh, bahaya kan? Tetapi memang sudah
menjadi fakta ketika suatu hubungan tidak disertai komitmen yang jelas pasti akan
mudah untuk kandas di tengah jalan.
Selain itu, secara logika pun pacaran amat merugikan para pemuda-pemudi
yang sudah disibukkan kegiatan sehari-hari. Sebutlah Bang Joko, sudah lelah
sehabis kerja part-time di salah satu pom bensin masih harus mengatar
pacarnya ke salon terdekat. Atau Amat, sudah lama-lama dimarahi guru karena lupa
mengerjakan PR masih harus juga didamprat pacarnya yang kecapekan nungguin dia
di tempat ketemuan. Juga Susilawati, terlalu asik smsan dengan sang kekasih,
hingga enggan membantu ibu memebli sayur ke warung depan. Kita lihat begitu
besar dampaknya pacara, menguras tenaga, mengorbankan perasaan, bahkan sampai
durhaka pada orang tua.
Bagaimanapun juga, semua ada saatnya. Sebagaimana yang sering disebutkan
para guru, cinta pada lawan jenis itu wajar, kalau sama sesame jenis baru gak
wajar. Kalau saatnya sudah tiba, secara lahir dan batin kita sudah siap
berkomitmen dengan si dia, malah islam mengharuskan para pemudanya untuk
bersegera melangsungkan akad nikah. Sudah saatnya para pemuda menghayati cinta
antara Fathimah r.a dengan Ali bin Abi Thalib yang sampai setasn pun dikisahkan
tidak mengetahui cinta antara mereka berdua saking menjaga persaan
masing-masing. Pada akhirnya, mereka berdua melangsungkan pernikahan yang
sederhana, namun menjadi sebuah keluarga yang begitu bahagia. Semua hanya satu
soal, yaitu mencoba menjaga pandangan dan persaan sebagaimana doa Ali bin abi
Thalib pada saat masih muda
Yaa Allah kau tahu hati ini terikat suka akan indahnya
seorang insan ciptaan-Mu.
Tapi aku takut, cinta yang belum waktunya menjadi penghalang ku mencium surga- Mu.
Berikan aku kekuatan menjaga cinta ini, sampai tiba waktunya,
andaikan engkau pun mempertemukan aku dengannya kelak.
Berikan aku kekuatan melupakannya sejenak.
Bukan karena aku tak mencintainya
Justru karena aku sangat mencintainya
Tapi aku takut, cinta yang belum waktunya menjadi penghalang ku mencium surga- Mu.
Berikan aku kekuatan menjaga cinta ini, sampai tiba waktunya,
andaikan engkau pun mempertemukan aku dengannya kelak.
Berikan aku kekuatan melupakannya sejenak.
Bukan karena aku tak mencintainya
Justru karena aku sangat mencintainya
Pemuda-pemudi
memiliki banyak sekali kelebihan, penulis sangat percaya akan hal itu. kelebihan-kelebihan itu justru ada untuk dikembangakan, bukan untuk dibuat tumpul dengan cinta-cintaan yang hanya menghabiskan perasaan. Terlebih jika
kelebihan-kelebihan tersebut diiringi dengan ketaatan pada Allah dan
perintahNya, tentu kebaikan-kebaikan yang menggunung tersebut akan menjadi
lebih berkah. Dan apakah ada yang akan menghalangi sebuah keberkahan jika allah
sudah meridahinya?