Kematian kerap manjadi momok yang ditakuti
oleh banyak kalangan, bahkan yang sudah uzur sekalipun. Saking ditakutinya maka
dibuatlah cerita-cerita dimana kematian selalu diiringi dengan kesedihan yang
mendalam, ketakutan yang mencekam, atau suatu kengerian yang kerap kita lihat
di layar-layar bioskop ataupun cerita-cerita yang kita dengar dari orang lain.
Karena itu pula, ‘sesuatu’ yang
eksis dalam setelah kematian dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan pula.
Kematian memang suatu batas akhir yang pasti
bagi setiap kehidupan
yang ada. Kerananya banyak
kalangan yang takut akan hal ini, karena menganggap kehidupan yang dimiliki
sekarang ini begitu indah bagi mereka. Atau mungkin mereka memiliki ketakutan
tersendiri akan sesuatu ‘yang terjadi’ setelah mereka melewati batas hidup-mati
tersebut. Perilaku seperti ini kerap dipedengarkan oleh Al-Quran sebagai
perilaku orang-orang kafir yang takut akan kehilangan apa-apa yang mereka telah
usahakan.
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat. Mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir" ( Al Baqarah ayat 19 )
Padahalnya kematian adalah hal yang pasti akan
datang dan mungkin satu-satunya hal yang dapat dipastikan dari masa depan. Semua yang ada di depan kita adalah misteri, bahkas saya sendiri tak
mnegetahui, pada saat artikel ini dibuat, apakah setiap ketikan pada keyboard
akan terlaksana sebagaimana yang saya inginkan. Apakah pada hari esoknya saya
mengalami sesuatu, jam berikutnya seseorang pergi meninggalkan saya, atau pada
detik berikutnya sayalah yang menghembuskan nafas terakhir.
Memersiapkan kematian adalah sebuah langkah
untuk lebih mengenal diri dan sebuah usaha untuk menjadikan diri lebih
berharga. Seorang syekh dari Palestina, negeri yang
sedang terjajah, manyatakan bahwa bahkan pada tataran anak-anaknya sendiri
sudah dipersiapkan untuk menghadapi maut atau bahkan mencitai kematian itu
sendiri. Kuncinya ? “mereka selalu melakukan hal-hal yang baik setiap hari, mulai
dari menjaga akhlaq, ghadul bashar (menjaga pandangan), hifzhil
lisaan (menjaga lisan), birrul walidain (berbakti kepada kedua orang
tua,….” , Papar Syekh tersebut. saking banyaknya kebaikan yang dikatakan oleh
syekh, penulis tidak bisa mengikuti sampai akhir. Karena kekurangan kita, yakni
dalam beramal baik, yang menjadikan kita takut akan kematian.
Dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri). Dan Allah Maha Mengetahui siapa orang-orang yang aniaya. (Al-Baqarah : 95)
Ketika kita sudah siap
bahkan mencintai kematian maka Allahlah tempat kita memuarakan segala macam
rasa ketakutan. Dalam diri kita sudah terbentuk kebulatan tekad untuk terus
beramal baik hingga kematian yang selama ini menajdi momok bisa kita
singkirkan. Maka makin rindu pula kita unutk bertemu dengan satu-satunya Zat
yang kita takuti dan kita cintai. Karena
itu, Mati muda
bukanlah menyia-nyiakan usia, namun mati muda sepantasnnya menjadi suatu
impian bagi mereka yang memiliki prinsip unutk dipegang teguh.
Semoga yang kita raih
nanti adalah kematian yang khusnul khatimah.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar